March 22, 2010

Kamu

Tak ada maksudku untuk menudingkan jari. Ini hanya fakta.
Kamu adalah sesosok anak kecil yang bersembunyi di kedok tubuh seorang dewasa.
Mungkin bukan salahmu.

Pernahkah kamu bertanya pada dirimu sendiri, apa yang sudah kamu lakukan untuk orang tuamu, manusia sesamamu? Kurasa tidak.
Pernahkah ada keinginan untuk bekerja, memenangkan beberapa carik kertas bernama uang, untuk membiayai keinginan hatimu untuk bersenang senang? Kurasa tidak. Angkat saja telepon, ucapkan beberapa kalimat, dan kamu bisa terus bersenang.
Pernahkah kamu berpikir bahwa perbuatan yang kamu lakukan tanpa berpikir panjang mungkin menyakiti mereka yang menyayangimu? Kurasa tidak. Hanya kesenanganmu saja yang kamu pertimbangkan.

Pernahkah kamu belajar memaafkan? Kurasa tidak. Karena kamu hanya mengerti minta maaf dan dimaafkan.
Pernahkah kamu menghargai apa yang kamu miliki? Kurasa tidak.
Pernahkah kamu mencoba berenang melawan arus, mempertahankan apa yang menurutmu benar? Ah, maaf aku lupa. Konsep benar dan salah itu rancu bagimu.

Pernahkah kamu mengangkat sebuah beban tanggung jawab dibahumu? Kurasa tidak. Cuci saja tanganmu dan lemparkan kesalahan pada orang lain, kamu pun bebas.
Pernahkah kamu berdiri membela mereka yang penting bagimu? Kurasa tidak juga. Kamu selalu meringkuk bersembunyi dibalik punggung mereka yang berdiri membelamu.

Kata susah, perjuangan dan tanggung jawab tampaknya asing bagimu.
Kamu dapatkan semua yang kamu mau tanpa perlu berusaha, semua diletakkan diatas nampan emas dalam jangkauan tanganmu.
Kamu buang semua yang kamu tidak suka, dengan asumsi substitusi yang lebih baik akan datang dengan sendirinya.

Kamu memulai tanpa menyelesaikan, karena toh akan ada orang yang meyelesaikan untukmu.
Kamu akan patah dibawah tekanan karena kamu tidak pernah ditekan.
Kamu menyerah ketika situasi terlihat tidak menguntungkan, karena untukmu tidak ada yang perlu diperjuangkan.
Kamu berbalik badan di persimpangan jalan, karena kamu takut berhadapan dengan keasingan dan kamu memilih jalan paling aman dengan tidak meneruskan.

Selamat! Kamu sungguh beruntung. Hidup memang murah hati padamu.

Betapa aku berharap hidupmu akan selalu bahagia, bahwa semua orang yang menjadi pilarmu akan selalu berada di sekelilingmu sepanjang hidupmu, menyapu dan membereskan remah-remah ketidakmampuanmu. Bahwa mereka akan selalu disana untuk menutupi kelemahanmu.

Tapi apa yang akan terjadi pada dirimu saat angin kencang mulai bertiup? saat matahari tidak lagi bersinar cerah diatas kepalamu?
Sungguh aku berdoa semoga tak ada angin dan tak ada gelap malam dalam kisah hidupmu.

Tapi tidakkah kamu pernah merasa kurang?
Karena jika kamu tidak pernah berhadapan dengan rasa sakit dan juga tidak pernah mengenal perjuangan, hidup ini tidak sempurna, sayang.
Jika kamu selalu menutup mata pada gelapnya malam, kamu tidak akan melihat indah terbitnya matahari.

Kuharap suatu saat kamu akan mengerti. Sudah kusadari, dulu kamu tidak mengerti, sampai sekarang pun kamu tidak mengerti. Matahari belum pernah tenggelam di harimu.
Dan bila kamu tidak pernah mengerti sampai akhir usiamu, maka percayalah, kamu mungkin manusia terpilih, manusia beruntung yang sudah memenangkan roulette rusia yang jarang termenangi itu. Dan pada saat itu, sungguh, jangan pedulikan aku. Aku hanyalah seorang manusia iri hati.

"All life demands struggle. Those who have everything given to them become lazy, selfish, and insensitive to the real values of life. The very striving and hard work that we so constantly try to avoid is the major building block in the person we are today." -R.Ransom

No comments: